....::: PENGIKUT :::....

19.10.09

Di Manakah Kita??









Saudaraku...!!
dimanakah kita...??
di saat saudara kita derita,
di saat darah mengalir di tubuh mereka,
di saat tangisan menghujani tanah air tercinta,

Saudaraku...!!
sedarkah kita...??
mereka di sana dinoda,
mereka di sana disiksa,
mereka di sana bertarung nyawa,


Saudaraku...!!
butakah kita...??
melihat mereka reba sebagai syuhada,
melihat hujan peluru yang membanjiri saban masa,
melihat yahudi bersorak meraih kematian saudara kita,

Saudaraku...!!
pekakkah kita,
mendangar rintihan mereka yang merobek jiwa,
mendengar letupan membinasa tubuh mereka,
mendengar lagu riang yahudi laknaktullah,


Saudaraku...!!
bodohkah kita...??
melihat perdamaian sebagai penamat sengsara,
menuduh saudara kita sebagai punca binasa,
lantang bersuara namun tiada hasilnya,


Saudaraku...!!
tak malukah kita...??
kita berharta, tapi mereka,
melawan dengan pecahan batu-bata,
bangkit tanpa senjata yang gagah,
berbekalkan Allahuakbar,
mereka ke barisan pertama,
biar peluru menjadi hadiah,
mereka takkan berundur selangkah..

Saudaraku...!!
tak takutkah kita...??
bila Allah berkata,
apakah yang kita lakukan demi agama-Nya,
apakah yang kita buat demi Al-Aqsa,
apakah, apakah dan apakah...??


Bangunlah kita...!!
dari mimpi indah,
kita di ambang kesulitan,
agama kita diperlekehkan,
saudara kita diolok-olokkan,
bangkitlah...bangkitlah...bangkitlah...!!!

14.10.09

melayu layu

Aku lihat layu dalam Melayu
Aku pasti bukan aku seorang saja yang nampak
Ada juga bercadang bertanya tuan punya
Tapi bercampur risau dengan tak tergamak
Nanti dikata tak bersyukur, dikata tak sedar diri
Jadi aku menyendiri, memerhati dan akhirnya mengakui
Yang kita sendiri
Membiarkan bunga raya melayu ke kanan
Dan dibiar bunga tak cantik mekar di kiri

Aku lihat layu dalam Melayu
Tanah air kita yang punya
Kita siram, kita baja tapi angin api kita lupa
Mereka merancang masa menjilat bangsa


13 harimau bertukar menjadi mangsa
Kita lupa nenek moyang kaya-raya
Jangan sekali-kali digadai harta-bendanya

Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu

Takkan Melayu hilang di dunia
Ya… tapi apa guna tak hilang di dunia
Kalau kewujudan tidak dirasa
Petah berbahasa kudrat tak berjasa
Orang berbudi kita hanya tahu merasa
Selalu lari bila dirapat
Selalu malu bila soalan diaju
Selalu segan memberi pendapat
Rela mengikut dari meneraju
Belum nyanyi sudah bersorak
Suka berjanji dalam borak
Bukan kata tak ada otak
Cuma tak berfikir di luar kotak


Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu

Aku jadi sayu
Bunga menangis dia mendayu
Mahu jadi cantik tetapi ragu
Aku merayu
Bangunlah semula hidup kembali
Jangan tunggu matahari mati
Cepatlah mekar sebelum terlerai

Perjuangan kita belum selesai

Perjuangan kita belum selesai

Perjuangan kita belum selesai


Aku Malu Untuk Menegur Perkara Mungkar

Ramai orang mengatakan belum cukup ilmu apabila ditanyakan mengapa tidak menegur orang yang berbuat salah. Tidak kurang juga yang mengatakan diri sendiri belum baik, mengapa perlu menegur orang lain. Bahkan ada juga yang mengatakan perlu apa menjaga tepi kain orang, tak perlu jadi 'busy body'. Adakah kita semakin menjadi manusia yang individualistik? Amat mementingkan diri sendiri? Dan banyak lagi alasan lain untuk tidak menegur.Barangkali sifat merendah diri atau memikirkan kelemahan dan kekurangan diri menjadikan kita tidak yakin dan akhirnya meninggalkan usaha mengajak kebaikan.

Persepsi Diri Yang Salah

Ada di antara kita yang memandang zaman ini menegur orang biarlah kepada mereka yang ber'authoriti'. Serahkan sahaja pada pak imam, ustaz atau ustazah. Ada yang berpendapat untuk menegur orang lain diri perlu menjadi maksum seperti nabi Muhammad s.a.w. Malu dengan latar belakang keluarga yang tidak sempurna didikan agama.



Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

Kewajipan Nasihat Menasihati Bukanlah Untuk Orang Tertentu

Sudilah memberi teguran yang baik dan berhikmah, kerana tanpanya manusia akan selalu terbabas. Fitrah manusia yang selalu lupa dan terburu-buru, seringkali diruntun oleh gelodak nafsu. Berbanggalah diri sebagai seorang Islam, menjadikan kita ini sebahagian dari masyarakat yang membentuk manusia dari dalam dan luaran. Jika berdiam sahaja melihat buasnya dunia meladeni manusia, alamat kita sedang menuju kehancuran. Bukan sahaja melibatkan perhubungan sesama manusia, bahkan menyebarkan barah kepada bidang ekonomi, politik, pendidikan dan akhirnya diri sendiri. Terlalu mengharapkan orang lain kadangkala hanya meninggalkan harapan sahaja. Allah memberitahu di dalam al Quran yang bererti, hendaklah ada sebahagian dari golongan yang menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran. Mereka itulah orang yang berjaya. (Surah Ali Imran : 104)

Golongan yang disebutkan menurut Dr Abdul Karim Zaidan di dalam bukunya Usul Ad-Dakwah; adalah orang Islam itu sendiri. Kita adalah umat yang terbaik yang lahir dari kelompok manusia wajib untuk mengajak kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Hukumnya sudah menjadi wajib pada masa kini kerana golongan yang menegur itu semakin mengecil jumlahnya. Menasihati bukan satu cara sahaja. Mereka yang rugi antaranya adalah yang tidak mahu berpesan-pesan kepada perkara kesabaran dan kebenaran. Tidak perlu dengan mengeluarkan hadith atau ayat al Quran yang kadangkala mad's(orang yang ditegur/didakwah) pun tidak tercapai akalnya hendak menerima kerana mereka sendiri jahil mengenainya.

Seorang muslim yang hebat mempunyai daya pemikiran yang kretif dan mempunyai semangat yang tidak putus-putus untuk mengajak manusia kepada kebaikan. Ada daya dengan tangan, maka penyampaian nasihat melalui tulisan atau lukisan. Menyentuh hati kadangkala lebih berjaya dengan diri kita yang menunjukkan kebaikan. Sentiasa bermanis muka, tersenyum, tidak mudah marah, suka menolong dan tidak celupar ketika menutur kata.

Allah melihat usaha kita

Pastinya, Allah tidak melihat kepada natijah kepada usaha kita. Maka, marilah nasihat-menasihati sesama kita kerana tiada kerugian dalam melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar.

Izinkan Aku Cuti Dari Dakwah Ini



Jalanan ibukota masih saja ramai hingga larut malam ini, dengan kendaraan yang terus berlalu lalang, juga dengan kehidupan manusia-manusia malam yang seakan tidak akan pernah mati.

Namun kini hatiku tak seramai jalanan di kota ini. Sunyi. Itulah yang sedang kurasakan. Bergelut dengan aktifitas dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, harta, waktu dan sebagainya, seakan menempa diriku untuk terus belajar menjadi mujahid tangguh.


Tapi kini, hatiku sedang dirundung kegalauan. Galau akan saudara-saudaraku dalam barisan dakwah yang katanya amanah, komitmen, bersungguh-sungguh namun seakan semua itu hanyalah teori-teori dalam pertemuan mingguan.

Hanya dibahas, ditanya jawabkan untuk kemudian disimpan dalam catatan kecil atau buku agenda yang sudah lusuh hingga pekan depan mempertemukan mereka lagi, tanpa ada amal perbaikan yang lebih baik. Ya… Mungkin itu yang ada dibenakku saat ini tentang su’udzhan-ku terhadap mereka, setelah seribu satu alasan untuk ber-husnudzhan.


Kini kutermenung kembali akan hakikat dakwah ini. Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah? Dimanakah yang dinamakan konsep amal jama'i yang sering diceritakan indah? Apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka? Apakah ini yang disebut ukhuwah?

Sering terlontarkannya kata-kata "Afwan akh, ana gak bisa bantu banyak…" atau sms yang berbunyi "Afwan akh, ana gak bisa datang untuk syuro malam ini…" atau kata-kata berawalan "Afwan akh…" lainnya dengan seribu satu alasan yang membuat seorang akh tidak bisa hadir untuk sekedar merencanakan strategi-strategi dakwah kedepannya.


Kalau memang seperti itu hakikat dakwah maka cukup sudah, "Izinkan aku untuk cuti dari dakwah ini, mungkin untuk seminggu, sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Lebih baik aku konsenstrasi dengan studiku yang kini sedang berantakan, atau dengan impian-impianku yang belum terpenuhi, atau dengan lebih memperhatikan ayah dan ibuku yang sudah semakin tua, toh tanpa aku pun dakwah tetap berjalan, bukan???"



Sahabat-sahabatku…

Memang dalam dunia dakwah yang sedang kita geluti seperti sekarang ini, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan-permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis dakwah sendiri.

Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah barisan dakwah, ada seorang ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas dan tanggungjawab dakwahnya. Di lain waktu di sebuah lembaga dakwah kampus, seorang akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berdakwah.



Pernah pula suatu waktu seorang kawan bercerita tentang seorang ikhwan yang terdzalimi oleh saudara-saudaranya sesama aktifis dakwah. Sebuah kisah nyata yang tak pantas untuk terulang namun penuh hikmah untuk diceritakan agar menjadi pelajaran bagi kita.

Ceritanya, di akhir masa kuliahnya sebut saja si X (ikhwan yang terdzalimi) hanya mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang terlalu lama, enam tahun. Sedangkan di lain sisi, teman-temannya sesama (yang katanya) aktifis dakwah lulus dalam waktu empat tahun.

Singkat cerita, ketika si X ditanya mengapa ia hanya mampu lulus dalam waktu enam tahun sedangkan teman-temannya lulus dalam waktu empat tahun? Apa yang ia jawab? Ia menjawab "Aku lulus dalam waktu enam tahun karena aku harus bolos kuliah untuk mengerjakan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan oleh saudara-saudaraku yang lulus dalam waktu empat tahun."


Subhanallah… di satu sisi kita merasa bangga dengan si X, dengan militansinya yang tinggi beliau rela untuk bolos dan mengulang mata kuliah demi terlaksananya roda dakwah agar terus berputar dengan mengakumulasikan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan teman-temannya. Namun di sisi lain kita pun merasa sedih, sedih dengan kader-kader dakwah (saudara-saudaranya si X) yang dengan berbagai macam alasan duniawi rela meninggalkan tugas-tugas dakwah yang seharusnya mereka kerjakan.

Sahabat….


Semoga kisah tersebut tidak terulang kembali di masa kita dan masa setelah kita, cukuplah menjadi sebuah pelajaran berharga….

Semoga kisah tersebut membuat kita sadar, bahwa setiap aktifitas yang di dalamnya terdapat interaksi antar manusia, termasuk dakwah, kita tiada akan bisa mengelakkan diri dari komunikasi hati...

Ya, setiap aktifis dakwah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeda-beda. Ada aktifis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktifis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit aktifis-aktifis yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah pola aktifis dakwah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima.



Namun apakah engkau tahu wahai sahabat-sahabatku?

Tahukah engkau bahwa seringkali kita melupakan hal itu? Seringkali kita memukul rata perlakuan kita kepada sahabat-sahabat kita sesama aktifis dakwah, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata "afwan", "maaf" atau kata-kata manis lainnya atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita.

Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan. Banyak orang bilang bahwa kata-kata "afwan", "maaf" dan sebagainya akan sangat tak ada artinya dan akan sia-sia jika kita terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama.




Dapatkan Mesej Bergambar di Sini



Wahai sahabat-sahabatku…

Memang benar bahwasanya aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian, kesalahan dan lupa. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa? bukan superman, bukan pula malaikat yang bisa menerima perlakuan seenaknya. Sepertinya adalah sikap yang naif ketika kesadaran bahwa aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, hanya ditempelkan pada diri kita sendiri.

Seharusnya kesadaran bahwa aktifis dakwah adalah manusia biasa itu kita tujukan juga pada saudara kita sesama aktivis dakwah, bukan cuma kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, membuat sakit hati, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara-saudara kita.

Sahabat…

Adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. Sehingga semisal kita terlambat atau tidak bisa datang dalam sebuah aktivitas dakwah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata "afwan" yang terlontar dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat atau lalai yang kita tujukan untuk saudara kita.

Tapi sebaliknya kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu? Atau bagaimana rasanya berjuang sendirian tanpa ada bantuan dari saudara-saudara kita? Sehingga dikemudian hari kita tidak lagi menyakiti hati bahkan menzhalimi saudara-saudara kita.

Sehingga kata-kata “Akhi… Ukhti… Izinkan aku cuti dari dakwah ini” tidak terlontar dari mulut saudara-saudara kita sesama aktifis dakwah.

Carilah yang CANTIK ???


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini


“Betapa cinta pun seseorang itu terhadap perempuan cantik,
kalau difikirkan akhir akibat perempuan itu akan kuranglah cintanya”
-PAK HAMKA-
Carilah yang cantik…
“Tidak ada wanita hodoh,hanya kecantikan yang berbeza”
Itulah hakikat sebenar yang sebahagiannya masih tak sedar..
Masih tak bersyukur yang tiap manusia itu Allah kurniakan kecantikan
yang dicari guna mata hati..
Inginkan kecantikan dan suka pada kecantikan tidak menjadi satu kesalahan.
Ia adalah fitrah semulajadi manusia.
Semua orang, tidak kira yang cantik ataupun yang hodoh, sukakan kecantikan.
Bukan itu sahaja, Tuhan yang kita sembah itu pun sangat cantik.
Kamal (sempurna), Jamal (cantik), Jalal (agung) adalah sifat Tuhan.
Rasullullah s.a.w menegaskan dalam satu hadisnya,
Allah itu indah dan suka pada keindahan.
Keindahan Allah terletak pada sifat-sifat kesempurnaan-​Nya.​
Bila sesuatu sempurna maka tentulah ia indah.
Lantaran itulah Allah itu sangat indah – pada nama, penciptaan
dan sifat-Nya
Justeru DIAlah yang paling sempurna.

**********
Allah juga cinta pada keindahan, sebab itulah Islam yang
diturunkan oleh Allah untuk menjadi anutan manusia ini
juga sangat indah.
Dan salah satu ciri keindahan Islam ialah ajarannya sangat sesuai
dengan fitrah semulajadi manusia.
Manusia suka cantik.
Islam juga begitu.
Manusia suka baik.
Islam juga begitu.
Jika ada orang yang mengatakan Islam itu tidak indah,
bukan Islam yang tidak indah tetapi jiwa orang itu yang tidak indah.
Umpama kelawar yang tidak dapat melihat di siang hari,
bukan kerana siang itu gelap, tetapi mata kelawar yang
tidak mampu menatap terangnya siang.
Atau bagai mentari yang tak mampu dilihat dengan mata kasar
kerana ia terlalu terang!
Begitu jugalah ciptaan Tuhan Pencipta dunia ini tidak dapat
dilihat kerana Dia sangat indah.
Bahkan alam ciptaan Allah ini juga sangat indah,
hingga ramai manusia sangat terpesona dengan keindahan dunia
sehingga terhijab melihat keindahan Penciptanya.

*********
CIPTAAN ALLAH
Baiklah, wanita juga adalah ciptaan Allah,
dan tentu sahaja wanita cantik.
Soalnya, dimanakah letaknya kecantikan sebenar
pada seorang wanita?
Kalau kita tanyakan kepada manusia,
maka sudah pasti kita akan temui pelbagai jawapan.
Ada yang merasakan kecantikan wanita itu pada wajah,
pada bentuk tubuh, pada kebijaksanaan atau pada tingkah lakunya.
Dan pada yang menyatakan kecantikan pada wajah pula terdapat
pelbagai pandangan, ada yang mengatakan kecantikannya terletak
pada hidung, pada mata dan sebagainya.
Pendek kata, sesetengah beranggapan bahawa kecantikan itu
sangat relative sifatnya. Lain orang, lain penilaiannya.
Cantik itu relatif atau nisbi sifatnya, dakwah mereka.
Benarkah begitu?
Sebagai seorang Islam, kita tentulah ada kayu ukur
tersendiri untuk menilai kecantikan.
Kita tentunya mengukur kecantikan wanita mengikut
kayu ukur Islam.
Dan tentu sahaja kecantikan yang menjadi penilaian Islam
adalah lebih hakiki dan ‘ori’.
Misalnya,​kalaulah kecantikan itu hanya terletak pada wajah,
wajah itu lambat-laun akan dimakan usia.
Itu hanya bersifat sementara.
Apabila usia meningkat, kulit akan berkedut tentulah wajah
tidak cantik lagi.
Jadi tentulah ini bukan ukuran kecantikan yang sejati dan abadi.

*********
NILAIAN ISLAM
Sebagai hamba Allah, kita hendaklah melihat kecantikan selaras
dengan penilaian Allah atas keyakinan apa yang dinilai
oleh-Nya adalah lebih tepat dan benar.
Jika kita menilainya mungkin tersalah,
tetapi penilaian Allah pasti tepat.
Apakah kecantikan yang dimaksudkan itu?
Kecantikan yang dimaksudkan ialah kecantikan budi pekerti
ataupun akhlak.
Kecantikan ini jika ada pada diri seseorang,
maka ia lebih kekal.
Inilah kecantikan yang hakiki mengikut penilaian Allah.
Rasullullah s.a.w bersabda:
”mukmin yang terbaik adalah yang terbaik akhlaknya”
Dan kecantikan akhlak ini juga adalah satu yang lebih abadi.
Justeru, kata pepatah, hutang budi dibawa mati.
Malah akhlak yang baik juga sangat disukai oleh hati manusia.
Contohnya, kalaulah ada orang yang wajahnya sahaja cantik
tetapi akhlaknya buruk, pasti dia akan dibenci.
Ya, mata menilai kecantikan pada rupa.
Akal menilai pada fikiran.
Nafsu menilai pada bentuk tubuh.
Tetapi hati tentulah pada akhlak dan budi.
Kecantikan akhlak ini diterima oleh semua orang.
Katalah orang yang jujur, siapa pun suka.
Semua orang sepakat menyayangi orang yang jujur itu.
Sedangkan jika menurut ukuran rupa, penilaian manusia
tetap tidak sama.
Ada orang suka yang hitam manis,
manakala ada pula yang sukakan putih kuning.
Sebab itu ada ungkapan yang mengatakan,
“Beauty is in the eye of the beholder”.
Rasullullah s.a.w juga telah pernah menegaskan,
sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang solehah.
Wanita solehah ialah perhiasan rumahtangga,
perhiasan masyarakat dan perhiasan Negara.
Jika ada ibu yang solehah, anak-anaknya tentu mendapat manfaat.
Mereka akan terdidik dengan baik.
Jika isteri yang solehah, suami pun akan mendapat manfaat.
Para isteri ini akan memudahkan urusan rumahtangga,
menjalinkan hubungan keluarga dengan penuh kasih sayang
dan lain-lain.
Tutur katanya baik, senyumannya menawan dan
segala-galanya indah…mereka adalah bayangan bidadari syurga di dunia ini.
bersambung..,
Rabu, Julai 22, 2009
Carilah yang CANTIK! [Bhgn Kedua]
Alhamdulillah.​.​dapat lagi ana sambung topik ini..
Semoga sedikit sebanyak ia mampu menginsafkan diri,
terus ke arah perlakuan yang hakiki..
Manusia takkan berhenti mencari yang cantik..
tapi cantik yang bagaimana?
KECANTIKAN MEMBINASAKAN
Kenapa ramai wanita yang memiliki rupa tetapi musnah hidupnya?
Ada ungkapan yang berbunyi, kemusnahan akan menimpa
jika wanita mula merasai dirinya cantik dan berbangga
dengan kecantikannya.
Sejauh mana benarnya, wallahua’lam.
Tetapi apa yang pasti,
menurut Islam jika kecantikan tidak disertai iman yang kuat,
maka pemiliknya akan hilang kawalan diri.
Dia akan rosak dan merosakkan orang lain.
Akibatnya ramai wanita cantik diperdayakan oleh
syaitan untuk menggoda manusia melakukan kemungkaran.
Lihatlah di sekeliling kita.
Sudah menjadi sesuatu lumrah, wanita yang cantik
selalu diperalatkan, diperagakan atas tujuan-tujuan
komersil dan lain-lain.
Mereka rasa bangga tanpa menyedari hakikatnya mereka cuma
‘bidak’ atau ‘barang permainan’ kepada dalang-dalang berkepentingan.​
Tanpa iman, kecantikan akan dipergunakan kearah kejahatan
dan kemaksiatan, yang akhirnya akan memusnahkan
diri pemiliknya dan orang lain.
Cuba kita lihat apa yang terjadi kepada sebahagian artis Barat,
ada yang memporak-​perandakan Negara,
rumahtangga dan berakhir dengan bunuh diri.
Cantik tidak salah, tetapi salah menggunakan
kecantikan itulah yang salah.
Kata orang, wanita yang cantik jarang berakhlak.
Umpama bunga yang cantik, jarang yang wangi.
Tetapi kalau cantik dan berakhlak pula, inilah yang hebat.
Umpama cantiknya wanita solehah pada zaman Rasullullah s.a.w
seperti Ummahatul Mukminin Siti Aisyah r.ha, Atikah binti Zaid dan lain-lain.

*******
KECANTIKAN SEJATI
Bagaimana mendapat kecantikan sejati?
Perlu kita faham kecantikan itu bermula dari dalam ke luar.
Bukan sebaliknya.
Oleh itu pertama, tanamkan di dalam hati kita
iman yang benar-benar kuat berdasarkan ilmu yang tepat
dan penghayatan yang tinggi.
Kemudian iman ini buktikanlah dengan perbuatan yang baik.
Susulilah iman itu dengan perbuatan yang baik.
Ertinya, kita atur kehidupan mengikut syariat
atau peraturan Tuhan.
Dan apabila iman ditanam, syariat ditegakkan,
akan berbuahlah akhlak yang mulia.
Wajah, perilaku dan peribadi kita akan nampak cantik sekali.
Inilah yang dikatakan kecantikan yang hakiki.
Biar buruk rupa, tapi jangan buruk perangai.
Apa gunanya mulut yang cantik kalau kita gunakan untuk mengumpat?
Apa gunanya wajah yang cantik kalau mendedahkan aurat?

*******
MAHKOTA WANITA
Kata orang, rambut itu mahkota wanita tetapi sayangnya
ia terpaksa ditutup apabila menutup aurat.
Bukankah ini seolah-olah menutup kecantikan wanita?
Ingin ditegaskan bahawa kecantikan itu tidak seluruhnya
terletak pada rambut, hingga menutup rambut boleh
menghilangkan kecantikan wanita.
Ya, memang rambut mahkota wanita…justeru mahkotalah
ia tidak boleh dipamerkan sesuka hati.
Hanya ratu yang memakai mahkota.
Ratu hanya memakai mahkota dalam majlis-majlis tertentu,
dihadapan orang-orang tertentu.
Dia tidak memakai mahkotanya ke pasar-pasar,
ke tempat-tempat awam,
kerana takut akan ada orang yang merompak atau merosakkannya.
Begitulah rambut kepada wanita,
jika ia dianggap mahkota maka ia perlu disimpan dengan baik.
Ditutup dengan kain yang sopan.
Dan wanita solehah adalah ratu yang hanya mempamerkannya
kepada orang yang berhak yakni suaminya.
Tidak, kecantikan wanita tidak akan terlindung
hanya dengan dia memakai tudungnya, kerana ada banyak lagi yang boleh dipamerkannya…m​isalnya kecantikan tutur kata,
tingkah laku dan budi pekerti yang boleh diserlahkan.
Bagaimana masih boleh kelihatan cantik walaupun
telah menutup aurat?
Seperti yang saya katakan tadi,
jagalah hal-hal yang lain yang boleh buat muka kita bersih
dan pandangan kita lembut.
Bahagian muka dan tangan yang dibenarkan
bolehlah dijaga dengan sebaik-​baiknya.​
Begitu juga dengan kekemasan pakaian.
Janganlah menutup aurat sahaja yang dipertahankan
tetapi kebersihan dan kekemasannya diabaikan.
Itu juga menjadi kewajiban.
Memang wanita muslim dilarang memakai haruman yang kuat,
tetapi janganlah sampai berbau busuk pula.
Walaupun anda tidak memiliki wajah yang cantik tetapi
itu tidaklah bermakna anda harus merasa malu.
Ini kerana anda mesti punya kelebihan tersendiri yang
boleh menarik hati orang lain kepada anda.
Apakah kelebihan itu?
Ya, anda sendiri mesti mengetahuinya dan itulah
nanti yang anda perlu manfaatkan untuk membuang rasa malu
tidak bertempat yang bersinggah di hati anda sekarang.
Ingatlah, bijak pandai ada berkata:

“Tuhan tidak menciptakan manusia hodoh, tetapi Tuhan mencipta manusia dengan kecantikan berbeza”

 

Nabi s.a.w bersabda:
”…Cinta kasihlah kepada manusia sebagai engkau sayang
(dan cinta kasih) kepada dirimu sendiri,
nescaya engkau jadi orang Islam yang hakiki”
KASIH SAYANG
Untuk mendapat kasih sayang, anda tidak perlu cantik.
Tetapi apa yang penting ialah berikanlah kasih sayang.
Jika anda mula memberi misalnya, insya-Allah anda akan
menerimanya semula nanti.
Rupa sesebuah keluarga bukanlah terletak hanya pada
wajah anggota keluarga itu, tetapi yang lebih penting
ialah pada akhlak dan kebaikan yang boleh diamalkan
hingga menjadi identiti keluarga tersebut.
Anda tidak boleh mengubah wajah anda,
tetapi anda boleh mengubah kelakuan anda.
Dari buruk kepada yang baik,
dari baik kepada yang lebih baik…
Insya –Allah.
Ramai orang cantik pada mulanya,
tetapi apabila kita mula bercakap dan bergaul
dengannya kita sudah tidak mengkagumi lagi kecantikannya.
Sudah ditenggelamkan oleh mulutnya yang celupar,
sikapnya yang kasar.
Tetapi berapa ramai orang yang mukanya buruk dan
sederhana sahaja tetapi apabila kita dekati dan
bergaul dengannya, semakin hari semakin menawan pula.
Anda boleh menjadi orang itu… dan percayalah anda akan
disayangi bukan sahaja oleh keluarga anda
bahkan oleh orang lain juga.

*********
JANGAN RESAH
Jadi bagi wanita yang tidak cantik pada ukuran manusia
jangan hilang bahagia atau resah jiwa.
Allah Maha Adil.
Sekiranya hanya wanita yang cantik layak mendapat cinta,
yang buruk tidak… maka di mana keadilan
Tuhan Yang Maha Pengasih.
Tetapi subhanallah, yang buruk wajah pun
mampu menikmati cinta… malah cinta yang lebih suci
kerana pada mereka ada kecantikan sejati sekiranya berakhlak baik.
Kadangkala terdengar wanita mengeluh,
“Ah, lelaki hanya tertarik pada wajah saya yang cantik…
saya tidak pernah mendapat cinta sejati.”
(ingat lagi keluhan Lady D yang ‘berpindah’ dari
seorang lelaki kepada seorang lelaki kerana memburu cinta sejati?)
tapi jika difikirkan, wanita itu juga yang salah.
Jika kita ‘memancing’ menggunakan umpan ‘kecantikan’
maka tidak hairan kalau ‘jerung’ yang rakuskan
kecantikan yang akan kita dapat.
Samalah kalau lelaki ‘mengumpan’ wanita dengan wang,
jangan pelik kalau yang dating nanti wanita pisau cukur…
tetapi jika kita jadi wanita yang berakhlak,
maka lelaki yang berakhlak juga akan mendekati kita.
Begitulah sifirnya.
Kata orang, what you see is what you get;
apa yang kita lihat, itulah apa yang kita dapat.
Kalau pandangan kita tepat,
maka apa yang akan kita dapat adalah baik.
Sebaiknya, jika pandangan kita kabur,
maka apa yang kita dapat ialah buruk.
Pandangan yang paling tepat ialah pandangan yang diselaraskan dengan penilaian Allah.
Apa yang Allah kata cantik, maka itu jugalah yang kita kata cantik.
Maka insya-Allah, kita akan mendapat kecantikan itu.

*******
PILIHLAH AGAMANYA
Harta, rupa,darjat dam agama (akhlak)-
adalah empat pandangan manusia dalam mencintai wanita.
Tetapi sabda Rasulullah, pilih yang baik agamanya (akhlaknya).
Walaupun kadangkala kita hanya menerima panduan Rasulullah
ini semata-mata dengan akal (percaya itulah yang benar)
tetapi bermujahadahlah​… lawan-lawanlah hati,
pilihlah yang baik budi walaupun tak cantik ‘body’;
insyaallah kita tidak akan menyesal.
Yang cantik ‘body’ kalau dipilih,
memang senang awalnya di mata, tetapi sakit nantinya di hati.
Akan tiba waktunya (bila dah tua) sakit juga di mata,
semakin sakit pula di hati.
Tetapi jika yang kita pilih yang canti ‘budi’,
mulanya mujahadahlah, sakit di mata, tetapi cepat senangnya di hati.
Dan lambat-laun, akan senang juga di mata,
senang juga di hati.
Kita tidak boleh mengubah sesuatu yang kita lihat,
tetapi kita boleh mengubah diri kita yang melihatnya.
Jika kita tak dapat apa yang kita suka,
maka langkah terbaik ialah sukalah apa yang kita dapat.
Itulah syukur namanya!
Mungkin para remaja akan mencemuh, ini hanya teori.
Silap tu, ini bukan teori tetapi pengalaman ramai orang.
Tanyalah orang yang lebih tua di sekeliling anda,
anda akan mendapat jawapan yang pasti.
Buka telinga, tutup mata, celikkan mata hati;
anda tidak payah menjadi kelkatu yang terus-menerus
menghantukkan kepala pada lampu untuk mengetahui
sendiri apakah itu cahaya?
Sedangkan ribuan kawannya sudah pun menjadi korban
di bawah lampu itu.
Jika kita boleh belajar dari pengalaman pahit orang lain,
kenapa perlu kita merasai kepahitan itu sendiri
untuk belajar?
Ingatlah, yang baik itu cantik tetapi yang cantik itu
tidak semestinya baik!
KECANTIKAN
“kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan
ketinggian ilmu seseorang, bukan terletak pada wajah dan pakaiannya”

diri ini????


Diri ini adalah hamba,
mengikat janji ‘Alastu bi rabbikum?.. “ Qaalu, bala syahidna”
Diri ini terbentuk dari setitis air yang hina,
terpilih dikalangan berjuta.
Diri ini lahir ke dunia,
tanpa tahu menulis dan membaca.
Diri ini lalu menjadi seorang anak
buat kedua ibu bapanya.
Diri ini punya tanggungjawab sebagai abang,

mahupun adik dikalangan saudaranya.
Diri ini menuntut ilmu untuk agama dan bangsa ,
digelar mahasiswa.
Diri ini adalah sahabat,
cermin buat rakan disekelilingnya​.​
Diri ini adalah rakyat,
yang mahukan kegemilangan negaranya.

Diri ini adalah bakal bapa,
mempunyai tanggungjawab kepada isteri. 
mendidik generasi seterusnya.
Diri ini bakal kembali kepadaNya ,
dihisab dan bertemupenciptanya.

-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​- ​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​ -​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​- -​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​- -​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​-​
Alastu bi rabbikum?.. “ Qaalu, bala syahidna” adalah pertanyaan
Allah s.w.t. dan janji kita sebelum dilahirkan di dunia; berdasarkan firman Allah:
Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (​turun-​temurun)​ dari (tulang) belakang mereka dan Dia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Dia bertanya dengan firmanNya): Bukankah aku tuhan kamu? Mereka semua menjawab: Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi. Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini.
~Surah Al-A'raf, ayat 172~





Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

tambah ilmu lagi :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...